Selasa, 14 Desember 2010

bapa...

Bapa….
Rasanya… sudah lama sekali aku tak memandangnya…
Rasanya… sudah lama sekali aku tak memeluknya…

Ah,, terlalu malu aku untuk sekedar memandanginya…
Kuperhatikan setiap garis wajahnya…
Kuperhatikan setiap bentuk tubuhnya…

Rambut hitamnya, yang sedikit ikal…
Rahangnya membentuk ketegasan…
Setiap tuturnya menggambarkan kekuatan…

Ah,
Rasanya… sudah sangat lama aq tak mendengar guarauannya…
Rasanya… sudah sangat lama aq tak di usilinya…

Tangannya yang menggenggamku erat,
Menandakan penjagaannya…

Meski tak tersenyum,
Meski tak lembut…
Ia lakukan dengan caranya untuk membuat kami bertahan…

Ah,,
Kini aku memandang wajahnya…
Dengan rambut putihnya, kantung mata, kerutan di dahinya, garis wajahnya….
Semua menggambarkan perjalanannya disisiku, untukku…
Menjagaku…

Entah berapa kali aku membuatnya resah…
Entah berapa kali aku membuatnya susah…
Entah berapa kali aku membuatnya gundah…

Namun…
Itulah dia…
Seorang lelaki yang tak kan pernah terganti kasihnya…

Love you dad….

penantian...

Aku menunggumu disini,
Seperti tanah tandus yang merindu hujan….
Aku menunggumu disini,
Seperti bunga yang hampir layu mengharapkan hujan walau setetes….
Aku menunggumu disini,
Dikaki gunung yang akan kita daki…
Aku menunggumu disini,
Seperti senja yang menharapkan lembayung jingga…
Aku menunggumu disini,
Seperti malam yang menantikan kedatangan rembulan…

Dan aku menunggumu disini,
Dalam keharusan….

Dalam penantian ide yg tak kunjung datang….
Bandung, 05 Okt’10

Kamis, 02 Desember 2010

tak temui jawab...

Aku terus berkata,

Aku terus bergerak,

Tak mengenal makna,

Tak mengenal hikmah,

Tak mengenal mimpi…

Semua hanya pengandaian kosong.

Apa yang sebenarnya berada dibalik tirai itu?
Aku sama sekali tak tau….

teruntuk dua orang yg kucintai...

Bismillah…

Kepada kedua orang yg teramat kucintai...
Semoga selalu dalam lindungan-Nya….

Entah apa yg harus aku ceritakan, karena aku memang pengingat yg buruk…
Entah apa yg harus kusampaikan, karena akupun tengah bimbang.
Jalan ini… aku hanya terus mengikutinya, setiap langkahnya tak kumengerti. Meski aku menoleh, tak juga aku temukan jawabnya.

Yang kuingat, kalian selalu memaafkan aku, yang kuingat kalian selalu melindungiku, yang kuingat kalian memberikan apa yang kubutuhkan, yang kuingat aku terlampau bodoh untuk mengingatnya….

Aku sangat menyadarinya….
Banyak hal yang kulakukan membuat kalian kecewa, sakit, atau bahkan mungkin perasaan lain yang tak kuketahui….

Membuatmu menangis, membuatmu terluka…
Mungkin hanya itu yang bisa kulakukan…

Entah berapa banyak peluh yang mengucur dari dahi berkerut milikmu, tak peduli rasa kaku yang membuat punggungmu sakit.

Sungguh, aku belum juga memahami….

Mengapa angin berhembus,
Mengapa matahari begitu terik,
Mengapa rembulan berubah bentuk setiap harinya,
Mengapa awan terus bergerak mengikuti angin,
Mengapa mentari segera tenggelam dan membawa serta senja….

Terlalu banyak yang tak kufahami….
Terlalu banyak yang telah kulewati….
Terlalu banyak waktu yang kulalui tanpa arti….

Tak lagi ada kata yang aku leraikan dari mulut berlumur dosaku….

Maaf….

Maaf, untuk tiadanya penghargaanku pada semua yang telah kalian lakukan untukku….
Maaf, untuk segala tangis yang tertahan saat aku begitu menyakitimu…
Maaf, untuk semua peluh yang telah bercucur tanpa ku seka….
Maaf, untuk semua waktu yang kubuang….

Masih adakah ruang untukku?

Maaf…